Kaum muslimin yang dirahmati Allah, menjadi seorang muslim adalah kemuliaan. Kemuliaan yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang telah mencicipi manisnya keimanan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Islam sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhu)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya dan kelak di akhirat dia termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah ridha Islam sebagai agama bagi kalian.” (QS. Al-Ma’idah: 3)
Islam tidaklah akan tegak kokoh di dalam jiwa seorang hamba tanpa tiga perkara; [1] mengenal Allah, [2] mengenal rasul, dan [3] mengenal agama Islam dengan landasan dalil. Ketiga hal inilah yang menjadi sebab keselamatan dunia dan di akhirat. Ketiga hal inilah yang akan membuat hamba bisa menjawab pertanyaan kubur, “Siapa Rabbmu”, “Siapa Nabimu”, dan “Apa Agamamu?”
Mengenal Allah
Mengenal Allah tidak sesederhana yang dikira. Banyak orang telah mengakui bahwa Allah pencipta alam semesta, yang mengatur dan menguasai segalanya. Akan tetapi bukan semacam itu hakikat mengenal Allah. Apabila keyakinan seperti itu telah mencukupi niscaya orang-orang musyrik di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diperangi.
Yang dimaksud mengenal Allah yang sejati adalah dengan mentauhidkan-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu karena Allah adalah sesembahan yang benar, adapun segala yang diseru/disembah selain-Nya adalah batil.” (QS. Al-Hajj: 62)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus sebelum engkau [Muhammad] seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada sesembahan [yang benar] selain Aku, maka sembahlah Aku [saja].” (QS. Al-Anbiyaa’: 25)
Inilah yang terkandung dalam kalimat tauhid laa ilaha illallah; tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah. Maka wajib bagi setiap muslim untuk menujukan segala bentuk ibadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisaa’: 36)
Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada sahabatnya, “Hendaklah yang pertama kali engkau dakwahkan kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari)
Inilah cabang keimanan yang paling tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih cabang, dan yang tertinggi adalah ucapan laa ilaha illallah, yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh sebab itu seorang muslim tidak boleh menujukan ibadahnya kepada selain Allah, apapun bentuknya; entah itu malaikat, nabi, wali, atau orang salih. Ibadah apa saja hanya boleh ditujukan kepada Allah, apakah itu berupa doa, sembelihan, nadzar, istighotsah, tawakal, isti’adzah [mencari perlindungan], dan lain sebagainya.
Semua ibadah adalah hak Allah, menujukannya kepada selain Allah adalah kezaliman; bahkan kezaliman terbesar di atas muka bumi ini. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Orang yang mempersekutukan Allah haram masuk surga dan kekal di dalam neraka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong.” (QS. Al-Ma’idah: 72)
Mengenal Rasul
Mengenal Rasul bukan semata-mata mengenal nama, tempat kelahiran dan garis keturunannya. Bahkan yang paling utama dalam mengenal rasul ini adalah tunduk kepada ajaran dan tuntunan beliau. Sebab beliau adalah utusan Allah yang wajib dipatuhi perintahnya, dijauhi larangannya, dan dibenarkan berita-beritanya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada rasul itu maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (QS. An-Nisaa’: 80)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah dia [Muhammad] berbicara dari hawa nafsunya akan tetapi tidaklah yang diucapkannya itu melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 3-4)
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi perintah rasul itu, bahwa dia akan tertimpa fitnah atau tertimpa azab yang sangat pedih.” (QS. An-Nuur: 63)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku pasti masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu, wahai Rasulullah?” Maka beliau menjawab, “Barangsiapa yang taat kepadaku niscaya dia masuk surga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka dia lah orang yang enggan itu.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah mendengar tentangku seorang pun diantara umat ini, apakah Yahudi atau Nasrani kemudian dia tidak mau beriman terhadap ajaran yang aku bawa kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Termasuk di dalam kandungan mengenal rasul adalah dengan menjalankan syari’at dan hukum-hukumnya serta tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan tuntunannya. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka pasti tertolak.” (HR. Muslim)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah pantas bagi lelaki yang beriman dan perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan lain dari urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Ibadah kepada Allah tidak akan diterima jika tidak sesuai dengan tuntunan dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang berharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Mengenal Islam
Islam adalah satu-satunya agama yang benar di sisi Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran: 19)
Islam ditegakkan di atas dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Oleh sebab itu wajib memulangkan segala perselisihan dalam hal agama kepada keduanya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah [al-Qur’an] dan Rasul [as-Sunnah] jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Itu adalah yang terbaik dan lebih bagus hasilnya.” (QS. An-Nisaa’: 59)
Islam datang dalam keadaan terasing dan akan kembali menjadi terasing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing; yaitu yang menghidupkan ajaran-ajaran nabi tatkala umat manusia telah hanyut dalam kesesatan dan penyimpangan. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti kedatangannya, maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim)
Hakikat Islam adalah pasrah kepada Allah semata dengan bertauhid, patuh kepada-Nya dengan penuh ketaatan, serta berlepas diri dari syirik, bid’ah dan pelakunya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah tampak jelas antara kami dengan kalian permusuhan, sampai kalian mau beriman kepada Allah semata.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Islam yang benar adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dilanjutkan oleh para sahabat radhiyallahu’anhum. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang terdahulu dan pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshor, demikian pula orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun pasti ridha kepada-Nya…” (QS. At-Taubah: 100)
Inilah ketiga pokok ajaran Islam yang semestinya dimengerti oleh setiap muslim dan muslimah. Wallahu a’lam bish shawaab.